Kapitalisme memang tak akan pernah berpihak pada buruh. Justru malah
menjadikan buruh sebagai budak untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Perlakuan tidak manusiawipun sering mereka dapatkan. Pada awal bulan Mei
lalu terbongkar kasus perbudakan buruh panci di Tanggerang. Yang
mengesalkan adalah terdapat aparat yang membekingi pelaku perbudakan
buruh ini, bukannya menolong para buruh yang disekap dan disiksa oleh
majikan tapi malah bekerja sama. Tidak hanya itu para buruh sudah
berbulan-bulan tidak digaji dan mereka hidup benar-benar jauh dari kata
layak. Kalau ada buruh yang sakit, mereka akan dipisahkan ke ruangan
berbeda lalu disiram dengan cairan aluminium foil. Mereka juga
hanya diberi waktu istirahat sangat sedikit dan yang lebih parahnya lagi
tidak diperbolehkan untuk shalat. Motifnya lagi-lagi karena ingin
untung besar dengan biaya yang sedikit. Tidak menutup kemungkinan bisa
saja masih banyak lagi kasus-kasus perbudakan seperti ini yang belum
terungkap. Terlihat jelas bagaimana keserakahan dan kerakusan para
pengusaha kapitalis.
Masalah perbudakan di kalangan buruh ini akan selalu ada selama
hubungan yang terjalin antara buruh dan majikan dibangun berdasarkan
asas kapitalisme. Sehingga kesejahteraan itu mustahil didapatkan, dan
negarapun tidak memberikan jaminan adanya kesejahteraan itu, hal ini
memaksa mereka mau tidak mau diperbudak demi mendapatkan biaya hidup dan
merekapun tidak bisa berbuat banyak. Tidak hanya hubungan tersebut
peraturan dan Undang-undang saat inipun bernafaskan kapitalisme. Selama
kapitalisme ini bercokol kalangan buruh akan tetap diperbudak sebagai
alat pencetak uang. Jadi permasalahan buruh ini tidak hanya berbicara
tentang buruh dan majikan saja tetapi juga negara.
Teringat seseorang yang berkata kepada saya bahwa negri ini sudah
terlanjur kacau sudah susah untuk dibenahi penuh dengan lubang.
Kesejahteraan itu mustahil didapatkan bagi mereka yang miskin. Tidak
dipungkiri memang banyak diantara kita yang pesimis. Satu-satunya solusi
hanya kembali kepada Islam. Tidak ada cara lainnya. Hal ini telah
dibuktikan oleh sejarah, betapa sejahteranya ketika Islam itu ada
sebagai sebuah aturan hidup. Justru penderitaan itu dimulai ketika Islam
itu tidak diterapkan sebagai sebuah sistem. Mungkin kalau digambarkan
kita saat ini berada pada masa terburuk sepanjang sejarah Islam
Di dalam Islam semua layak mendapatkan kesejahteraan. Negara wajib
memberikan jaminan kesejahteraan bagi tiap individu yaitu tersedianya
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Jadi tidak
hanya kesejahteraan yang hanya diukur dari materi saja. Islam juga
memberikan aturan dan sistem yang menjamin negara bisa melaksanakan apa
yang menjadi kewajibannya terhadap rakyat. Jadi tidak seperti kapitais
yang abai terhadap rakyat. Posisi para pekerja di dalam Islampun,
dipandang bukan sebagai faktor produksi tetapi sebagai manusia
selayaknya. Bahkan sampai kontrak kerjapun diperhatikan. Dalam Islampun
besaranya upah itu dipatok sesuai dengan nilai manfaat yang diberikan
oleh pekerja, bukan berpatokan pada kebutuhan hidup minimum seperti
dalam kapitalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar